Friday, 1 May 2020

KARAKTERISTIK CABANG OLAHRAGA MENEMBAK


Cabang Olahraga menembak merupakan cabang yang memiliki karakteristiknya hampir sama dengan olahraga panahan hanya membedakan dari jenis kekuatan dorongan, panahan sangat tergantung pada energi atau tenaga yang timbul karena tarikan atau rentangan pemanah terhadap busur sedangkan pada menembak kekuatan dorongan diperoleh dari ledakan alat itu sendiri. Selain mengandalkan pada senjata, atlet memperlukan daya tahan, fisik yang prima, dan memiliki akurasi yang konstan, karena atlet menurun performanya pada saat tembakan seri terahkir, itu dikarenakan perbedaan tembakan untuk penembak air rifle 10m putra dan putri berbeda pada pelurunya untuk putra 60 peluru dengan waktu 1 jam 30 menit dan untuk putri 40 peluru dengan waktu 60 menit.
Di dalam olaharaga menembak memiliki banyak nomor dan yang di akui oleh ISSF (Internasional Shooting Sport Federation) dalam kategori pertandingan untuk putra sendiri 19 (sembilan belas) nomor dan untuk putri 13 (tiga belas) nomor, dari individual dan tim, dan untuk katagori umur junior, adult, senior. Untuk senjatanya dibagi menjadi pistol, laras panjang (rifle), shotgun. Bahkan di menembak terdapat jarak yang dipertandingkan dari 300 m, 50 m, 25 m, 10 m, dan lain sebagainya, dari setiap jarak berbeda juga untuk pelurunya, jenis senjatanya dan artibute dari senjata tersebut tergantung dari penggunaan jaraknya, untuk amunisinya menggunakan 4,5 mm, maksimum panjang laras 850 mm dan berat maksimum senjata 5,5 kg untuk pria dan wanita.
Olahraga menembak dapat dikatakan sebagai olahraga yang menarik karena dalam pelaksanaannya olahraga ini dibutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Selain konsentrasi yang tinggi, dalam olahraga menembak juga dibutuhkan keterampilan dalam melakukan teknik menembak yang benar untuk mendapatkan hasil tembakan yang tepat sasaran. Dalam olahraga menembak tidak hanya fisik saja yang harus dipersiapkan, melainkan persiapan psikis atlet itu sendiri. Maka dari itu atlet perlu mempersiapkan dirinya sendiri dari dalam maupun dari luar, agar hasilnya tidak mengecewakan

DEFINISI OLAHRAGA MENEMBAK

Menembak adalah olahraga kompetitif yang menguji kemahiran, akurasi dan kecepatan dengan menggunakan berbagai jenis senjata seperti senjata api hingga senjata angin. Olahraga menembak adalah olahraga kompetitif yang melibatkan tes kemahiran (akurasi dan kecepatan) dengan menggunakan berbagai jenis senjata seperti senjata api dan senapan angin. Berburu juga merupakan olahraga menembak. Olahraga menembak tidak  perlu menggunakan fisik yang kuat seperti kebanyakan olahraga seperti basket, voli, futsal atau sepak bola yang rata – rata memerlukan kebugaran badan yang kuat dan kukuh hingga dapat mengeluarkan tenaga dan kekuatan diri  yang begitu besar. Menembak tidaklah perlu melakukan persaingan cekcok seperti mengecoh musuh, menghindar dari teknik lawan dan membalas serangan dari lawan itu sendiri. Menembak memerlukan ketenangan jiwa yang besar, ketelitian yang  sangat terlatih, konsentrasi  yang tinggi dan memfokuskan diri pada proses menembak bukan pada hasil menembak.Esensi dari olahraga menembak ini adalah olahraga yang bisa dijadikan terapi diri untuk menjadi pribadi yang tenang dan elegan bukan untuk menjadi agressive. Olagraga menembak bukanlah olahraga pada umumnya, ini adalah cara menjadikan diri menjadi fokus, konsentrasi, teliti dan selalu mengoreksi kesalahan karna dalam menembak sebelum mengangkat senjata kedepan kertas sasaran harus memeriksa kesalahan yang tadi diperbuat dan yang belum diperbuat. Menembak juga dapat merubah seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, menembak dapat menghasilkan pribadi yang memiliki mental baja, kemauan kukuh, dan cita – cita yang terstruktur atau terarah karna menembak itu terarah tidak mungkin menembak tidak memiliki arah karna ia memusatkan penglihatan pada target yang ia lihat bukan orang lain lihat. Penjelasan selanjutnya mengenasi peraturan dalam menembak, sebagai berikut :

PERTANDINGAN ANTAR PERKUMPULAN

Pertandingan Antar Perkumpulan (dalam suatu daerah), setara atau dapat disamakan dengan Level 1 IPSC, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Pertandingan harus disetujui Bidang Tembak Reaksi PB. Perbakin.
- Peserta harus anggota club yang terdaftar di Pengda PERBAKIN.

- Harus mengikuti IPSC rules.
- Minimum 2 stage.
- Minimum 25 Rounds.
- Minimum peserta (competitor) 10 orang.
- Penanggung jawab Pengda setempat.

PERTANDINGAN ANTAR PENGDA
Pertandingan antar pengda, setara atau dapat disamakan dengan Level 2 IPSC (dapat disamakan dengan pertandingan nasional), dengan ketentuan sebagai berikut:
-Pertandingan harus disetujui Bidang Tembak Reaksi PB. Perbakin, dengan technical   Delegate dari bidang Tembak Reaksi PB. Perbakin.
- Peserta harus anggota club yang  sudah terdaftar di pengda PERBAKIN.
- Peserta harus yang sudah memiliki sertifikat.-Harus mengikuti IPSC rules.-Minimum 114 Rounds.-Minimum 6 Stage.- Minimum peserta 10 orang per divisi.-Kelengkapan Chronograph, timbangan.-Pertandingan antar Pengda dapat dijadikan pertandingan Grading.

PERIODISASI

Periodisasi dapat di artikan sebagai pentahapan atau proses membagi bagi program latihan tahunan menjadi beberapa tahap latihan yang lebih kecil.
Periodisasi juga merupakan kumpulan periodisasi kekuatan, daya tahan, kecepatan, teknik, taktik, strategi , psikologi dan nutrisi. Dalam periodisasi komponen seperti kekuatan, daya tahan, dan kecepatan merupakan komponen utama dalam periodisasi. Untuk indikator prestasi parameter dari daya tahan dapat di ukur melalui VO2 Max (Kemampuan Menghirup Oksigen/menit/berat badan) dan parameter untuk kekuatan yaitu dengan test 1 RM ( Repetisi Maksimal).
Picture

Prinsip Dasar Periodisasi

Picture
Intensitas : Tingkat kesulitan latihan
Volume : Jumlah ulangan,jarak,angkatan yang di lakukan dalam satuan unit

Dari gambar di atas dapat di simpulkan bahwa ketika latihan dasar yang harus di tingkatkan yaitu jumlah ulangan dengan tingkat kesulitan latihan yang rendah, dan pada saat di puncak maka yang di naikan adalah tingkat kesulitan latihan dengan sedikit pengulangan.

Pada tahap periodisasi ada 3 hal yang harus di perhatikan yaitu:
1. Pemberian Beban
2. Makanan
3. Istirahat (tidur 6-8 jam)
Makan dan istirahat merupakan dua hal penting untuk proses pemulihan.

Periodization flow
1. Macrocycle : single cycle, Bi-cycle or three cycle
2. Period : Preparatory, competitive, transition
3. Mesocycle : General prep, spesific prep
4. Microcycle : week 1, week 2, week 3
5. Training session : Monday AM, Monday PM
6. Training unit : warm-up, drills, training, warm-down




MENERIMA JASA PEMBUATAN DESIGN LOGO, KARTU NAMA, KARTU UCAPAN HARI RAYA, CV, VEKTOR WAJAH, PENGHAPUSAN BACKGROUND FOTO....

HARGA PALING MURAH MULAI DARI 50RB

LINK PEMESANAN MELALUI WHATSAPP DI BAWAH INI :







 

 
 
GAMBAR DI ATAS HANYALAH SEBUAH CONTOH APA BILA ADA KEMIRIPAN BRARTI MEMANG MIRIP DAN JANGAN TERSINGGUNG KARENA SAYA TIDAK MENJUALNYA
TERIMAKASIH ....

PRINSIP PERIODISASI

SPORT COACHING EDUCATION

        Perkembangan olahraga internasional yang kini sangat berbeda dari 2-3 dekade yang lalu. Pada saat itu olimpiade di tempatkan sebagai tingkat kejuaraan yang tertinggi. Saat ini frekuensi kejuaraan dunia begitu tinggi di berbagai cabang olahraga, jadwal kompetisi pada level elite (Atlet Internasional) di hampir setiap cabang olahraga sangat padat. Akibatnya terminologi tentang periodisasi persiapan umum menjadi semakin sulit untuk di definisikan. Implementasi konsep periodisasi dari Uni Soviet atau Rusia telah terbukti memilik dampak yang sangat ampuh dan bisa dilihat dari performa atlet mereka yang “tidak tersentuh” atau sangat unggul saat tampil perdana di Olimpiade 1952 sampai uni soviet di bubarkan pada tahun 1991. Akan tetapi para atlet dan pelatih harus berhati-hati dan saksama dalam menyikapi kesuksesan tersebut. Pada kenyataannya kondisi tersebut tidak dapat dipisahkan dari kontrol ketat dalam kehidupan atlet dan proses itu menciptakan kunci sukses tentang model periodisasi klasik.

        Model periodisasi klasik ini bisa tercipta atas kontrol ketat yang hanya bisa dilakukan di negara berpaham sosialis. Karena di masa lalu paham sosialis menjadi faktor penentu utama dari model periodisasi klasik, ketika jadwal kompetisi di sikapi dengan hati-hati dalam perencanaanya. Jika seorang kandidat atlet elite telah masuk ke dalam skenario pembinaan jangka panjang. Maka atlet tersebut akan mendapat kontrol ketat dalam segala aspek kehidupannya, sesuatu hal yang mungkin sulit diterapkan di negara non-sosialis. Namun model ala Uni Soviet ini memberi inspirasi pada negara sosialis lainnya seperti Jerman Timur, China, Kuba, dan Korea selatan yang memodifikasi model ini lalu menerapkannya dengan sukses.


​        Teori perencanaan latihan mengenai konsep periodisasi dan prinsip-prinsip terminologi periodisasi merupakan sebuah pembahasan penting untuk di jelaskan. oleh karena itu, berikut rangkuman materi tentang teori perencanaan latihan dan/atau periodisasi latihan :
1. Konsep Periodisasi
Periodisasi adalah fondasi dari program latihan seorang atlet. Termonologi periodizatiation adalah berasal dari kata period, yang dapat menggambarkan porsi atau pembagian waktu. Periodisasi adalah metode dimana latihan dibagi kedalam bagian terkecil, mudah mengatur bagian–bagian yang dilakukan, dimana bagian–bagian tersebut disebut sebagai fase latihan.


Beberapa aspek konsep periodisasi yang harus di pahami oleh para pelatih, di antara nya sebagai berikut :
  • Menggunakan pendekatan sistimatis.
  • Strategi yang mendistribusikan beban latihan.
  • Kepastian struktur progres latihan.
  • Rangkaian pengembangan lewat pendekatan kelompok tahapan latihan, dan eksekusi akhir.
  • Seluruh komponen latihan harus mempunyai tujuan.
  • Menentukan target spesifik kompetisi.
  • Refleksi proses adatasi yang naik turun secara alamiah.
  • Manipulasi sistimatis daripada variabel volume, intensitas dan kepadatan latihan.
  • Metode mengawasi latihan dan evaluasi terhadap hasil daripada kompetisi.
Picture
Picture
2. Pelatihan Performa Tinggi (High Performance Program)
     a.  Strenghth and Conditioning Program
  •  S&C program.
  •  Prehab atau Rehab.
  •  Program secara individualisasi sesuai dengan profiling yang terkini.
  •  Bersama-sama pelatih teknik berdiskusi dan menyepakati besarnya beban latihan (TL) setiap micro.
     b. Monitoring Fatique or Recovery
  •  Kuantifikasi Training Load (TL).
  •  Fetigue monitoring.
  •  Recovery Management.
     c.  Performance Nutrition
  • General nutrition.
  •  Hidrasi.
  •  Suplementasi.
3. Prinsip-Prinsip Terminologi Periodirisasi
  • Prinsip Progresif
Prinsip ini adalah prinsip yang paling sering dilanggar. Perencanaan latihan idealnya digelar dari aktivitas dari yang bersifat umum menuju ke yang lebih spesifik. Sebuah langkah dan stalrategi pencapaian menuju yang lebih kompleks. Untuk menjamin tercapainya tingkat kemajuan latihan, setiap langkah perencanaan harus dapat didefinisikan dengan jelas.
Dimulai dengan melafalkan sasaran dan target, Kematangan di tiap tahapan latihan harus dicapai sebelum perencanaan bergerak ke tingkatan berikut. Inilah faktor paling krusial terutama dalam aspek pengembangan teknik. Tingkat kemajuan latihan tidak sejalan lurus. Dibutuhkan gambaran jelas profil atlet. Hal yang penting dalam prinsip progresif adalah bahwa tujuan akhir dicapai melalui proses.
  • Prinsip Akumulasi
Adaptasi atau penyesuai terhadap perbedaan latihan terjadi dalam berbagai tingkatan dan adaptasi akhir latihan merupakan akumulasi sinergis dari respon koletif. Hal yang harus di sadari pelatih adalah satu jenis latihan saja tidak akan menjadikan seorang atlet. Setiap pelatih harus berhati-hati selama proses latihan sampai memberikan dampak terhadap atlet itu sendiri.
  • Prinsip Variasi
Variabel dari volume latihan, intensitas, frekuensi dan pemilihan metode latihan dilakukan dengan manipulasi yang konstan dengan cara yang sistematis. Penting untuk melakukan variasi latihan agar mempermudah proses adaptasi, karena adaptasi tubuh terhadap tekanan/stress latihan berlangsung cepat.
  • Prinsip Konteks
Sebelum menggabungkan suatu metode dalam proses latihan, hal yang mutlak diperhatikan adalah memperhatikan apakah metode yang akan menjadi pilihan cocok dengan konteks dari latihan yang telah dilaksanakan dan perencanaan secara keseluruhan.
  • Prinsip Beban lebih (Overload)
Atlet harus berlatih dengan beban latihan di atas kemampuannya untuk menentukan target penyesuaian fisiologis dan psikologis. Beban lebih hanya dapat dicapai melalui serangkaian manipulasi yang diaplikasikan pada beberapa latihan meliputi volume, jumlah kerja, intensitas, kualitas, dan frekuensi latihan